Kita sering mendengar istilah keberagaman. Apa maksud dari kata tersebut? Tentunya kita punya perspektif atau pendapat yang berbeda-beda untuk menerjemahkan istilah yang berbeda sesuai dengan pengalaman masing-masing individu.

Saya, individu yang lahir dan tumbuh di Ibukota Jakarta mengenal Keragaman sejak kanak-kanak. Sehingga Keragaman terasa dekat dengan saya. kebetulan orangtua saya berasal dari dua wilayah yang berbeda. Ibu saya berasal dari Sumatera Barat yang lahir dan tumbuh di Medan merantau ke Jakarta dan bertemu dengan ayah saya yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah namun lahir dan dewasa di Jakarta. Uniknya, keluarga besar ayah saya berada di kota Garut, Jawa Barat. Sehingga saya mengenal beragam bahasa yang digunakan kedua keluarga besar ayah dan ibu saya. Tapi di rumah, kami menggunakan bahasa Indonesia termasuk nenek kakek dari kedua belah pihak.Ibu saya bersaudara juga menikah dengan orang dari berbagai daerah seperti Solo dan Tapanuli Utara (suku Batak) dan keyakinan yang berbeda diantaranya Kristen dan Katolik. Keanekaragaman tersebut menyenangakan terutama saat hari raya Idul Fitri dan Natal. Karena kami berkumpul di kedua hari besar tersebut. Perbedaan yang ada justru membuat keluarga kami semakin dekat satu sama lain.

Saat memasuki dunia pendidikan, saya juga bertemu dan bergaul dengan teman-teman dari beragam suku. Yang paling jelas memiliki teman yang beragam suku dan keyakinan saat menjadi mahasiswa. Di kampus saya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia saya bertemu dengan teman-teman yang berasal dari Aceh, Medan, Tanjung Pinang, Riau, Palembang, Bandung, Jogjakarta, Gresik, Tulungagung, Nusa Tenggara Timur hingga Kalimantan Barat. Saya juga memiliki teman-teman Tionghoa dan campuran Indonesia-Eropa. Kami bekerja sama di berbagai kegiatan mulai dari acara keagamaan, menyelenggarakan konser musik hingga demo. Semua kegiatan dilakukan dengan sukarela dan hati gembira.Perbedaan hanya terasa saat mendengar teman-teman dari daerah tertentu bicara dengan dialek daerah masing-masing saat berkomunikasi satu sama lain,

Pertemanan semakin beragam ketika berada di dunia kerja. Bergabung di beberapa stasiun radio di Jakarta menambah jaringan baik teman maupun narasumber yang berasal dari berbagai daerah dan bidang pekerjaan. Selain bertambah jaringan, pemikiran pun semakin kaya berkat berbagi pengalaman dan menemukan hal-hal baru dari teman-teman baru tersebut. Selanjutnya saya bergabung dengan lembaga bantuan internasional yang orang-orangnya bukan hanya berasal dari daerah-daerah di Indonesia tapi juga dari negara lain seperti Malaysia, Singapura, Filipina, India,Belanda, Inggris, Amerika dan Australia. Saat berkomunikasi dengan teman-teman tersebut, saya jadi mengenal karakter budaya mereka. Banyak perbedaan budaya dengan teman-teman di lingkungan kantor dan juga mitra kantor.Interaksi semakin beragam dan intensif. Saya Kembali Beradaptasi dengan perbedaan tersebut. Dengan terus belajar beradaptasi, saya dapat mengenali karakter dan budaya mereka sehingga mempermudah komunikasi dan bekerja sama dengan teman-teman tersebut. Sehingga bekerja dalam kondisi yang beragam menjadi menyenangkan.

ketika memutuskan untuk menikah, saya memilih pasangan yang berbeda suku. pasangan saya campuran dari kota Solo dan Jogjakarta. Latar belakang keluarga, pendidikan dan pekerjaan yang berbeda, membuat saya dan pasangan harus saling menyesuaikan untuk menyesuaikan dengan hal-hal tertentu dalam kehidupan rumah tangga kami. Meski sampai hari ini perbedaan tetap ada tapi hal itu yang membuat kami tetap menjadi diri kami sendiri. Perbedaan pun jadi terasa indah.

Jadi, jangan pernah khawatir berada dalam kondisi yang beragam seperti halnya negeri kita, Indonesia. Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, masyarakat Indonesia mampu hidup bersama di tengah berbagai perbedaannya. Selama mampu beradaptasi, perbedaan akan jaringan dan pengalaman kita.

Ditulis Oleh : Mariska