Masyarakat modern saat ini terdiri dari berbagai generasi yang memiliki karakteristiknya masing-masing. Menurut Yanuar Surya Putra dalam jurnal yang berjudul Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi, pembagian generasi dan karakteristik tiap generasi adalah sebagai berikut,
- Baby Boomer Generation (1946 – 1960), Generasi ini percaya pada adanya peluang, dan seringkali terlalu idealis. Selain itu mereka mempunyai rasa optimis yang tinggi dan pekerja keras. Mereka juga dikenal sebaagi generasi yang materialistis dan berorientasi waktu.
- Generation X (1960 – 1980). Adalah generasi yang lahir pada tahun – tahun awal dari perkembangan teknologi dan informasi. Mereka adalah generasi yang mampu beradaptasi, menerima perubahan dengan baik dan disebut sebagai generasi yang tangguh, memiliki karakter mandiri, pekerja keras, loyal, sangat mengutamakan citra, ketenaran, dan uang.
- Generation Y (1980 – 1995). Kerap dikenal dengan sebutan generasi millennial/milenium, adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming atau masa saat internet sedang berkembang pesat. Mereka memiliki pola komunikasi yang lebih terbuka dibanding generasi sebelumnya serta sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi. Selain itu mereka lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, juga reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya.
- Generation Z (1995 – 2010). Sejak kecil generasi ini sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang turut berpengaruh terhadap kepribadiannya. Mereka menjadi generasi yang berorientasi pada karir, ambisius, memiliki kemampuan teknis dan pengetahuan bahasa pada tingkat tinggi.
Perbedaan karakteristik antar generasi tersebut di atas dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti sikap, perilaku, dan nilai-nilai dalam menjalani hidup. Dewasa ini, perbedaan antar generasi menjadi isu yang cukup menarik untuk dibahas dan banyak anak muda yang terdiri dari generasi Milenial dan Gen Z yang sangat sering mengangkat isu kesenjangan antar generasi, terutama di lingkungan kerja dan keluarga.
Kesenjangan antar generasi ini sering kali menimbulkan konflik antar individu dari generasi berbeda di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat akibat perbedaan pandangan, pengalaman dan tantangan kehidupan di zaman yang berbeda. Sebagai contoh, generasi Milenial dan Gen Z merasa tertekan oleh generasi baby boomer di ruang lingkup keluarga dan kerja. Sebaliknya, generasi baby boomer merasa dicap sebagai generasi yang kolot dan ‘gila hormat’ oleh 3 generasi di bawahnya.
Berikut ini adalah beberapa penyebab dari kesenjangan antar generasi :
- Perbedaan Nilai dan Budaya: Setiap generasi tumbuh dalam sosial dan budaya yang berbeda. Hal tersebut dapat menciptakan perbedaan dalam nilai-nilai, keyakinan, dan norma-norma yang dipegang/dianut.
- Perubahan Teknologi: Kemajuan teknologi yang cepat juga dapat menciptakan kesenjangan antar generasi. Generasi yang lebih muda mungkin lebih terbiasa dengan perkembangan teknologi terbaru, sementara generasi yang lebih tua mungkin kesulitan menyesuaikan diri dalam perkembangan teknologi saat ini.
- Perubahan Ekonomi: Kondisi ekonomi yang berubah dapat mempengaruhi cara generasi memandang pekerjaan, keuangan, dan tanggung jawab finansial. Perbedaan pandangan ini dapat menyebabkan ketegangan antar generasi.
- Perbedaan dalam Pendidikan: Setiap generasi mungkin mengalami sistem pendidikan yang berbeda, yang dapat mempengaruhi cara mereka memandang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan nilai-nilai dalam pendidikan.
- Perbedaan Sosial dan Politik: Peristiwa sejarah, perubahan sosial, dan isu-isu politik dapat membentuk pandangan generasi terhadap masyarakat dan pemerintahan. Perbedaan ini dapat menciptakan kesenjangan dalam pendekatan terhadap isu-isu sosial dan politik yang berkembang saat ini.
- Gaya Hidup dan Preferensi: Perbedaan dalam gaya hidup, kebiasaan konsumsi, dan preferensi hiburan dapat menciptakan kesenjangan antar generasi, terutama jika ada tren terkini dan budaya populer yang berubah-berubah setiap harinya.
- Kurangnya Pemahaman dan Komunikasi: Terkadang, kurangnya pemahaman dan komunikasi yang efektif antar generasi dapat menyebabkan konflik. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya dialog terbuka dan tak adanya sikap saling memahami pendapat masing-masing.
Penting untuk diingat bahwa kesenjangan antar generasi bukanlah suatu hal yang negatif. Meskipun tantangan dapat muncul, namun hal itu bisa diantisipasi dengan memperbaiki komunikasi dan sikap saling menghormati. Dalam buku yang berjudul “Generation Gap(less): Seni Menjalin Relasi Antargenerasi” yang ditulis oleh Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu, terdapat salah satu solusi efektif yang bisa mengatasi kesenjangan generasi, yaitu melalui penerapan hubungan komunikasi yang baik. Dengan menerapkan metode komunikasi yang optimal, semua tujuan akhir dapat lebih mudah dipahami bersama.
Selain itu, perbedaan ini juga dapat dimanfaatkan untuk saling berkolaborasi dan saling belajar antar individu dari gnerasi yang berbeda dalam berbagai bidang, terutama perkembangan teknologi.
Semoga perbedaan lintas generasi di masa depan dapat terkelola lebih baik sehingga memudahkan kerjasama efektif dalam menjawab aneka persoalan sehari-hari.
Penulis : El Laily
Recent Comments